Sekilas tentang Meditasi dan Pemahaman Pentingnya 4 Unsur
Sekilas tentang Meditasi dan Pemahaman Pentingnya 4 Unsur
“Masa lalu adalah hal yang sudah terjadi dan harus ditinggalkan,
Masa depan belum terjadi dan jangan terlalu dinantikan,
Masa kini ada untuk disadari bukan dilekati."
Sotthi hontu, Namo Buddhaya, saudara-saudaraku dalam Dhamma, ajaran Buddha Gautama itu sungguh indah dan lengkap. Mengapa bisa begitu? Indah karena Dhamma itu indah di awal, di pertengahan, dan akhir. Dhamma itu universal, bisa diterima oleh siapa saja. Saya katakan lengkap karena baik dari teori dan praktik yang telah disampaikan oleh Buddha Gautama sangatlah bermanfaat bagi siapa yang yakin dan menjalankannya. Salah satu ajaran yang begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari kita adalah praktik kesadaran atau meditasi (bhavana). Pada kesempatan kali ini, saya akan mengulas sedikit tentang apa yang berhubungan dengan meditasi itu sendiri dan juga mengenai 4 unsur penting dalam tubuh, yang telah saya dengarkan dari Samanera Abhisarano, demikian isinya:
Mengapa kita sebagai umat Buddha dianjurkan untuk berlatih meditasi? Berlatih meditasi bukanlah paksaan, bukanlah suatu keharusan, tapi kita tetap dianjurkan untuk berlatih sebisa mungkin. Apa yang bisa kita terima dari latihan meditasi? Yang terutama yaitu melatih kesadaran atau sati. Dari berbagai faktor meditasi yang disampaikan Sang Buddha, sati / perhatian / kesadaran adalah kunci yang akan selalu dipakai oleh para yogi. Tanpa sati kita hanya akan duduk diam tanpa menyadari harus melakukan apa. Tanpa sati, walau kita sudah menggunakan objek sebagai latihan kita, kita akan kesulitan untuk berkonsentrasi.
Manusia memiliki 3 masa dalam hidupnya. Apa yang telah terjadi pada suatu masa dalam hidupnya kita sering kali sebut sebagai masa lampau atau masa lalu. Yang terjadi sebagai angan-angan, rencana, impian kita adalah masa depan. Yang kita lakukan sekarang adalah masa kini. Sering kali tanpa kita sadari, kita terlalu terpaku dengan apa yang sudah terjadi pada masa lalu, apalagi kalau hal buruk yang terjadi, stressnya kemana-mana. Kita memikirkan hal buruk itu terus, kita bertanya dalam hati, kenapa saya sial? Kenapa hal buruk terjadi? Kenapa kamma buruk saya harus berbuah? Kenapa, kenapa, dan kenapa terus. Akhirnya apa? Saking stressnya, kita jatuh sakit. Lebih parahnya sakitnya Kanker, tambah stress lagi memikirkan nasibnya.
Begitu pula yang sering terjadi dengan masa depan. Masa depan itu belum terjadi. Tapi kadang kala manusia sangat terobsesi dengan yang belum terjadi. Saking ngebetnya, semua disiapkan, a b c d sampai z. Kadang kala, sampai lupa pada tugas utamanya yang harus dilakukan saat ini juga. Kata saat ini mengaju pada masa kini. Masa kini adalah dimana kita harus melakukan yang terbaik. Maka dari itu pentingnya sati bekerja pada masa kini. Namun, ketika kita melakukan yang terbaik pada masa kini, jadikan itu kebiasaan baik untuk masa depan, itu yang seharusnya kita lakukan. Cukup sadari bukan dilekati. Ketiga masa itu mengandung unsur anicca / ketidak-kekalan. Apa yang sudah terjadi ya sudah berlalu dan akan berubah. Tidak ada orang sial yang semasa hidupnya tidak pernah untung. Pasti ada perubahan. Apa yang dibayangkan terjadi pada masa depan juga belum tentu terjadi seperti angan-angan kita. Masa kini terjadi juga sekilas akan segera berubah menjadi esok hari.
Kalau seseorang tak mampu menyadari anicca, maka yang terjadi pastinya adalah dukkha / penderitaan. Kalau selalu bertanya kenapa, kenapa, dan kenapa, tidak pernah sadar, dan terus melekat, yakinlah penyakit akan datang ke tubuh anda, terutama kanker. Kalau kita tidak mau sakit kanker, apa yang bisa kita lakukan ya berlatih meditasi dengan baik dan sungguh-sungguh. Ada seorang ibu-ibu yang terdiagnosa mengalami kanker di bagian dadanya. Beliau adalah seorang praktisi meditasi yang rajin. Ketika dia telah mengetahui dia terkena kanker, dia semakin rajin meditasi. Suatu hari, ketika dia berlatih meditasi non stop selama 9 jam, tiba-tiba dia merasakan sakit luar biasa dan seperti ada ledakan di bagian dadanya, lalu dia pingsan. Ketika terbangun, anehnya sakit itu telah tiada, kankernya hilang. Itulah salah satu manfaat melatih diri kita dengan meditasi. Ini cerita nyata saudara-saudara.
Tapi nyatanya, banyak yang hanya baru berlatih 30 menit sudah tidak tahan. Boyok sakit lah, kaki kesemutan, semua jadi beban. Lalu, apa yang didapatkan? Ya, tak lain adalah penderitaan. Coba saja lihat ibu tadi itu berlatih 9 jam tanpa pernah mengeluh. Maka dari itu Sang Buddha mengajarkan bahwa tidak ada gunanya menyimpan terus apa yang telah berlalu, tinggalkan saja. Tidak ada gunanya pula menanti-nanti apa yang belum terjadi. Sadari apa yang dilakukan pada saat ini dan jangan dilekati. Kalau sekarang saja, 30 menit latihan sudah berat rasanya, sadari, terima, dan lain waktu berjuanglah dengan lebih baik. Anicca tidak selalu berarti berubah yang tidak baik. Dari tidak baik pun suatu saat akan menjadi lebih baik. Tidak sulit, gratis pula. Gunakan konsentrasi pada keluar masuknya napas. Kalau sulit, liat kembung kempisnya perut. Itu saja terus menerus.
Masih berhubungan dengan meditasi, tadi saya sebutkan bahwa meditasi berhubungan dengan kesadaran. Kesadaran akan apa saja? Segala fenomena yang terjadi di sekitar kita itu harus kita sadari. Begitu pula, apa yang ada dan terjadi di tubuh dan batin kita, juga harus kita sadari. Di dalam tubuh kita, menurut Sang Buddha, terdiri dari 4 unsur, yaitu Pathavi-Dhatu / unsur padat, Apo-Dhatu / unsur cair, Tejo-Dhatu / unsur panas atau energi, dan Vayo-Dhatu / unsur angin / gerak / getaran. Apa ada hubungannya sama tubuh kita ya?
Coba kita ulas sedikit satu persatu. Unsur padat yang paling mudah kita lihat. Kita punya tulang, kita punya kulit itulah bukti tubuh kita memiliki Pathavi-Dhatu. Kita bisa bergerak, berdiri, tidak loyo, tidak mudah goyah, karena itu punya unsur padat. Bayangkan saja kalau kita tidak punya otot, tulang, kulit yang kuat, apakah kita bisa bergerak? Apa yang melindungi tubuh kita jika tidak ada unsur padat itu? Kita bisa bertahan 30-60 menit duduk bermeditasi, juga karena unsur padat ini.
Unsur yang kedua adalah Apo-Dhatu / unsur cair. 75% tubuh kita terdiri dari cairan. Cairan itu penting sekali. Kalau tubuh kekurangan cairan, bisa dehidrasi dan jadinya mudah ngantuk, lemas, dll. Tanpa adanya cairan proses metabolisme tubuh kita akan terganggu. Bayangkan saja tanpa darah, siapa yang mengangkut oksigen ke semua organ. Keringat, air liur, darah, air seni itulah yang termasuk dalam unsur cair. Ketika kita bermeditasi, jatuh keringat, kita bisa bertahan tidak begitu ngantuk, ya karena tercukupinya unsur cair ini.
Unsur yang ketiga adalah Tejo-Dhatu atau sering kali terkenal dengan unsur api / panas. Benarkah di dalam tubuh kita ada api yang menyala? Ya, tidak sebegitunya juga. Unsur panas yang disebutkan ini berhubungan dengan temperatur atau suhu tubuh kita. Dengan adanya unsur ini, tubuh mampu bertahan dari cuaca panas ataupun dingin. Ketika panas kita muncul keringat, tubuh kita terasa hangat. Sebaliknya, ketika dingin, kita menggigil, kita merasakan tubuh kita kedinginan seperti es, itu juga karena kerja unsur panas. Begitu pula yang terjadi dalam tubuh, dengan adanya unsur panas, timbul energi bagi organ-organ tubuh untuk bisa bekerja. Kalau saat meditasi, kita bisa merasakan hawa hangat, hawa dingin, itu juga karena unsur panas ini.
Unsur yang terakhir juga tidak kalah penting, yaitu Vayo-Dhatu atau bisa disebut dengan unsur angin. Tidak banyak yang tahu, bahwa dalam satu Sutta dalam Tipitaka, Sang Buddha menjelaskan bahwa ada 6 macam angin dalam tubuh kita. Yang pertama berada di atas kepala kita. Saat kita bayi, sering kali kepala kita diusap-usap dan kita merasa senang, disanalah sebenarnya ada angin di sekitaran kepala yang tepat berada di atas otak kita. Kalau kita tekan, di bagian sana lebih empuk daripada yang di belakang. Lalu, ada juga angin yang masuk dan keluar ke / dari hidung kita, yaitu oksigen dan karbon-dioksida (anapanasati). Lalu ada angin yang berada di dalam perut kita, yang berbeda dengan angin yang diluar tubuh kita. Lalu ada angin yang berada di dalam usus besar kita. Di bawah telapak kaki pun ada angin yang sering kali mungkin kita sadari saat bermeditasi. Lalu yang terakhir, angin / udara di seluruh tubuh kita. Itulah ke-6 jenis angin / udara yang dijelaskan oleh Sang Buddha.
Unsur angin juga menjadi unsur gerak, dimana tanpa adanya angin kita tidak bisa dengan mudah menggerakkan tubuh kita. Tanpa adanya angin juga, kita tidak bisa bernapas dan akan mati. Coba saja, 3 menit tutup hidup anda, pasti tidak akan bertahan lama. Ketika organ terutama otak, paru-paru, jantung tidak cukup udara akan menghambat kerja organ-organ tersebut dan metabolisme pun menjadi terhambat. Unsur yang satu itu ini penting terutama saat kita berlatih anapanasati.
Adanya ke-4 unsur halus dalam tubuh kita ini, patut kita sadari. Karena dengan adanya ke-4 unsur barulah tubuh ini berfungsi dengan baik. Jika 1 saja terganggu maka tubuh kita bisa sakit. Mungkin bagi kita tampak sepeleh. Namun, inilah pentingnya melatih meditasi. Kita jadi sadar akan segala fenonema baik yang berada di dalam batin dan jasmani maupun diluarnya. Meditasi mungkin tampak sulit, namun dari dana, sila, dan samadhi; meditasi merupakan yang termudah. Tidak perlu keluar uang maupun tenaga ekstra, hanya dengan napas kita sendiri kita bisa melatih diri kita. Maka daripada itu, bagi kita yang sudah memiliki kamma baik bisa berlatih ntah seminggu sekali, ataupun setiap hari, terus kembangkan hal itu dengan baik. Karena yang bisa merasakan manfaatnya nantinya adalah diri kita masing-masing, bukan orang lain. Ingat meditasi adalah mengenai saat ini, bukan untuk mengikat masa lalu, maupun menantikan apa yang belum terjadi. Saat ini adalah saat terbaik untuk melakukan yang terbaik dengan penuh kesadaran, bukan untuk dilekati karena segala sesuatu tidak terlepas dari anicca. Demikian yang bisa saya ulas kembali, semoga membawa kebahagiaan bagi kita semua...
"Sang Buddha berkata, Memelihara 4 ekor ular kobra tidaklah mudah, kalau salah merawat bisa berbahaya. Begitu pula, merawat 4 unsur dalam tubuh, kita harus hati-hati karena bisa merugikan diri sendiri layaknya 4 ular kobra yang menyerang kita."
(Latihan meditasi rutin di Vihara Samaggi Viriya, 24 Okt 2019)
Komentar
Posting Komentar