Zaman Now, Kudu PD!
Develop the Potencial to Increase Confidence di Zaman Now
Pembicara: 1. TRIE UTTAMI
2. BHANTE UTTAMO, MT
Moderator: Dr. Ponijan Liaw
Diulas kembali oleh: Indra Kurniawan
Sebelumnya terimalah salam Dhamma dari saya, sotthi hontu, Namo Buddhaya. Suatu kamma baik bagi saya, pekan lalu bisa mengunjungi vihara Bodhigiri, Balerejo, Wlingi. Vihara tersebut merupakan tempat yang terkenal dengan tempat latian meditasinya dibawah bimbingan Bhante Uttamo Mahathera. Siapa yang tidak kenal Beliau? Seorang Bhante yang luar biasa, humoris, dan pandai sekali dalam membawakan ceramah. Pada kesempatan tersebut, saya menerima oleh-oleh berupa DVD dengan judul seperti di atas. DVD ini adalah mengenai talk show Bhante dan juga dengan seorang pemain musik, penyanyi, dan penulis Indonesia yang cukup senior, yaitu Trie Uttami. Apa yang disampaikan kedua narasumber begitu luar biasa, maka dari itu sayang rasanya kalau tidak diulas ulang dalam bentuk tulisan. Demikian seperti biasanya, dari apa yang saya dengarkan akan saya tulis dengan kata-kata saya sendiri:
Sesi pertama diisi oleh Trie Uttami. Yang disampaikan adalah soal potensi. Yang disampaikan padat dan juga menarik. Seperti yang tertera di judulnya, Zaman Now, ya yang akan dibicarakan sepanjang talk show ini adalah soal Zaman Now. Zaman Now adalah zaman yang identik dengan globalisasi. Bahkan, semakin lama globalisasi semakin meningkat. Dari satu sisi efek yang diberikan pastinya positif, antara lain memudahkan manusia dengan teknologi-teknologi yang ada dalam berbagai bidang. Tapi, dari sisi lain, negatifnya juga kurang bagus bagi kita. Manusia jadi kelihatan kurang PD kalau tidak memakai yang bermerk. Tapi, realitanya memang seperti itu. Semakin modern, kebutuhan semakin meningkat. Pertanyaannya, bagaimana caranya mengikuti Zaman Now ini sekaligus mengembangkan potensi manusia agar lebih PD tanpa harus pakai yang aneh-aneh?
Setiap saat, di sumber apapun, Zaman Now ini menjadi bahasan yang kelihatannya begitu wahh, begitu spesial. Semua dikaitkan dengan Zaman Now. Ada apa sih dengan Zaman Now ini? Kok Spesial banget? Spesialnya lebih ke arah baik atau buruk ya? Atau, bener kata Didi Kempot, Zaman Now ini ZAMAN EDAN, alias zaman yang susah?
Padahal, pada zaman dahulu, dengan segala keterbatasan, manusia dan alam bisa hidup dengan enak. Tidak ada namanya manusia yang dilabeli berbahaya entah bagi dirinya sendiri, alam, maupun makhluk lain. Ini terbukti dari peninggalan di Kompleks Ratu Boko atau Abhayagiri Vihara. Ini bukti, bahwa sebenarnya manusia itu memiliki sebuah potensi. Potensi untuk hidup dengan baik. Ada yang dari lahir, mungkin sudah pandai dengan ilmu eksak, ada yang pandai menyanyi, apapun itu, itu adalah potensi. Potensi itu ada dalam diri manusia, dan memungkinkan manusia untuk bisa melakukan apapun sebenarnya.
Trie Uttami membatasi pembahasan mengenai potensi dalam kesempatan ini. Potensi kali ini bukan mengenai bakat, karena bakat jauh lebih spesifik. Potensi itu sesuatu yang bisa mendorong manusia sejauh mungkin. Tapi, 1 hal yang terlupakan, ketika potensi bisa mendorong ke arah yang baik, begitu pula sebaliknya, hal yang buruk juga bisa tercapai. Misal, kita sudah mencapai potensi dirinya, dengan menjadi seorang penyanyi, apakah berhenti sampai disitu saja? Selanjutnya masih ada yang perlu dilihat, mau dibawa kemanakah potensi itu? Ke arah yang bermanfaat atau merugikan. Idealnya, setiap orang mengharapkan potensi membantu dirinya menuju hal yang baik. Tapi, realita di luar sana, dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja berbeda.
Potensi, bagi seorang Trie Uttami, itu hal yang sederhana, sangat sederhana. Sebagai contoh yang paling mudah, sampah. Kalau seseorang melihat sampah di dekatnya, sebenarnya ada potensi dalam dirinya untuk mengambil lalu membuangnya atau sebaliknya membiarkannya. Hal yang sepele bukan? Tapi itulah potensi yang sebenarnya, diawali dari hal yang sederhana sebelum menuju yang besar.
Kasus kedua tidak lebih jauh, di jalan raya. Sebagai pengendara, kita punya potensi untuk tertib lalu lintas atau melanggar. Sederhana sebenarnya, potensi itu selalu kita bawa menempel pada kehidupan sehari-hari kita. Tapi, sayangnya, di kenyataannya, banyak yang protes di jalan raya. Pastinya sebenarnya pengendara itu tidak buta warna. Bisa dan tahu mana warna merah, hijau, atau kuning. Di seluruh negara sama kesepakatannya. Tanda S dicoret itu artinya apa sama dimana-mana. Lucunya, hal yang mudah banget dibaca tapi tidak mudah untuk dipatuhi.
Keputusan ada pada kita, mau mengambil potensi yang mana. Kita yang harus mampu melatih diri. Latihan lah dari yang kecil. Intinya, jangan sampai mengambil potensi yang merugikan orang lain apalagi diri sendiri. Betapa beruntungnya umat Buddha, terutama adalah dengan adanya aplikasi langsung ajaran tentang Awareness / kesadaran / kewaspadaan. Banyak kesempatan bagi kita untuk bisa melihat ke dalam diri kita sendiri. Ini suatu hal yang luar biasa. Semua telah dialami dan diajarkan oleh Guru Buddha. Kenali diri sendiri, lihat potensi di dalam diri anda. Sekali lagi, bakat di Zaman Now ini bisa dipelajari, bisa dikembangkan, tapi potensi yang sifatnya morally jauh lebih penting. Optimalisasikan potensi anda dari sisi apapun, pilihan ada pada anda, membuat kerusakan / memberi manfaat.
Sekarang masuk ke sesi-2 dari talk show tersebut, Bhante Uttamo memulai dengan hal yang berbeda, yaitu Zaman Now itu sendiri. Ketika mendengar maraknya penggunaan istilah Zaman Now, Bhante terheran-heran, ada apa sebenarnya dengan istilah tersebut? Kenapa tidak pakai kata Zaman Sekarang saja? Ternyata ketika membaca satu buku karangan Eckhart Tolle, The Power of Now, disanalah Beliau menemukan jawabannya. Zaman Now itu ternyata adalah mengenai bagaimana sih hidup dalam kekinian. Dari sini terjawab pula kenapa kok manusia banyak yang stress, takut, gelisah, dll? Karena mereka tidak hidup dalam kekinian. Seharusnya manusia itu mampu memanfaatkan kekinian itu untuk membangun potensi diri. Jelas kekinian adalah mengenai saat ini, bukan saat yang tadi ataupun saat yang akan datang.
Dalam kisah-kisah Dhamma, sering kali dinyatakan bahwa saya yang tadi berbeda dengan saya yang sekarang. Begitu pula, saya yang sekarang berbeda dengan saya yang akan datang. Kira-kira setelah mengikuti suatu acara, ketika pulang ke rumah kita ini sama atau berubah? Atau anda bingung? Benar, membingungkan. 1 detik berubah saja usia kita sudah berubah juga. Kalau sama terus sampai 5 tahun, itu tidak mungkin. Kalau sama saja, berarti tidak ada perubahan. Perubahan itu proses, bukan soal sama atau berbeda, tapi rangkaian proses. Di dalam Dhamma kita selalu bicara mengenai rangkaian proses. The Power of Now juga tentang proses. Anda hanya punya saat ini. Kalau di masa lalu ada kekurangan, saat ini adalah saat untuk memperbaikinya. Kalau anda punya rencana yang hebat untuk masa depan, saat ini pula anda punya kesempatan untuk mulai melangkah mewujudkan harapan itu.
Misal, anda suka menyanyi, tapi hanya sewaktu di WC. Suara anda tidak terlalu bagus. Tidak perlu malu! Anda kurang bisa bernyanyi, cari gurunya, masternya untuk membimbing anda. Kalaupun belum pernah menyanyi sama sekali, anda ingin jadi penyanyi, maka artinya anda sudah berencana untuk masa depan. Maka saat inilah saat yang tepat untuk meningkatkan potensi anda. Kalau anda sampai kalah dengan kekurangan anda, anda kehilangan kesempatan untuk berubah. Ketika ada kondisi di hadapan anda, ketika itu pula ada pilihan untuk anda. Mau jadi lebih baik atau tidak? Mau melangkah demi masa depan atau tidak? Artinya, menyesali kekurangan yang lalu bukan langkah yang baik, anda tidak akan pernah maju lebih baik. Ini Zaman Now, jangan letakkan pikiran anda pada Zaman Old, tidak berubah sama sekali. Banyak orang di luar sana terikat dengan masa lalunya.
Tidak hanya bernyanyi, ketika terjadi hal buruk, misal kepleset lantai keramik basah, kita jatuh dan kita trauma. Begitu ada jalan licin lagi, kita berpikir untuk menghindarinya. Kita takut, kita gelisah, trauma. Karena takut sekali, kita lupa kalau hidup di Zaman Now bukan Zaman Old. Potensi diri anda jadi sia-sia. Ingat untuk jadi PD kata kuncinya cuman satu yaitu COBA. Jatuh sekali, coba lagi. Jatuh lagi, coba lagi. Belum tentu ketiga kali terjatuh lagi. Kalau anda berhasil, yakinlah keyakinan anda akan potensi diri akan meningkat. Berusahalah! Perbaiki yang terjadi di masa lalu! Belajar dari orang lain! Lebih hati-hati! Pengalaman diri sendiri maupun orang lain yang negatif perbaiki dari saat ini! Jadikan pelajaran untuk masa depan.
Kejadian lain yang lucu, tapi fakta yaitu trauma karena putus cinta. Betapa bodohnya anda, padahal setiap saat kita membuka mata setelah terlelap, yang kita temui adalah lawan jenis kita. Maka dari itu, putus sekali bukan akhir. Putus sekali, coba lagi. Ditolak 15x coba lagi. Ke-16 masih gagal, ke-17 belum tentu gagal. Ingat kekinian jauh lebih penting dari masa lalu. Jangan sampai anda stress seumur hidup! Kalau di luaran bingung, cari di vihara lebih mudah dan tertata. Tinggal pilih karena sudah rapi posisinya.
Potensi diri kita itu luar biasa. Jangan hanya karena orang berkata wajahmu itu bukan wajah cuan, hokky, apalah, anda jadi menyerah. Potensi diri jadi tertutup karena hal itu sia-sia saja masa depanmu. Sekali lagi, belum tentu yang dikatakan benar. Coba dulu, sekali lagi coba! Dengan mencoba, 50% anda sudah berhasil. Tidak mencoba 100% gagal. Inilah hidup di Zaman Now. Mau bidang apa saja, coba dulu. Semua akan lebih membuat anda menderita kalau anda berhenti begitu saja. Jangan pernah malu melihat ke dalam diri anda sendiri. Ajaran Buddha pun seperti itu. Dekati, perbaiki, dekati, perbaiki. Begitu saja. Hindari penderitaan kalau anda tahu penderitaan akan terjadi. Seperti tukang listrik pakai tes pen untuk mengecek listrik. Kadang kala kalau kita kesulitan melihat diri sendiri, lihatlah orang lain. Tiru apa yang baik, hindari dan pelajari apa yang kurang baik. Ketika anda melihat usaha orang lain lebih sukses dari anda, jangan iri! Jangan mencemooh! Ambil pelajaran dari sana, apa yang lebih baik dari sana yang kita belum punya. Tiru! Jangan pernah malu / gengsi untuk meniru! Kalau ternyata ada hal buruk dari orang lain, hindari. Sekali lagi ingat, inilah Zaman Now yang merupakan kekuatan saat ini. Dengan kekuatan itu anda bisa memperbaiki masa lalu dan membuat masa depan yang lebih baik.
Maka dari itu, ingatlah 4 cara berikut ini agar kualitas diri anda bisa meningkat, sebagai berikut:
- Kalau saya punya kelebihan, tingkatkan saat ini juga! Asah semuanya!
- Kalau saya punya kekurangan, perbaiki saat ini! Jangan takut!
- Kalau orang lain punya kelebihan, jangan iri. Tiru! Berusahalah untuk mencoba! Baca buku-buku orang sukses, tiru kelebihannya. Thomas Alva Edison, berusaha 3000x sampai bisa menemukan lampu pijar. Dari 3000 kegagalan, ia tidak menyerah tapi belajar bahwa ada 3000 jenis logam yang tidak cocok untuk digunakan dalam lampu pijar.
- Kalau orang lain punya kekurangan, jangan dibully. Jangan mengejek! Kadang kala, ejekkan, bullyan, bisa jadi bumerang bagi kita sendiri. Apa yang gagal dari orang lain, pelajarilah supaya kita bisa lebih hati-hati dalam melangkah.
Hidup pada saat ini tidaklah terlepas dari ajaran Buddha Dhamma. Pada unsur ke-6 dari jalan tengah berunsur delapan, yaitu daya upaya benar juga menggambarkan pentingnya kekinian. Daya upaya benar adalah pendukung dalam berlatih meditasi. Kita diarahkan untuk selalu sadar dan memahami apa yang sedang kita lakukan saat ini. Begitu pula yang harus kita miliki pada ZAMAN NOW. Semua yang dilakukan dengan daya upaya benar, meningkatkan apa yang baik dan memperbaiki apa yang tidak baik pada saat ini. Percayalah kualitas diri kita akan meningkat.
Demikian yang bisa saya tuliskan ulang, sabbe satta bhavantu sukhitatta. Semoga kita selalu bisa mengembangkan potensi diri kita dengan baik.
Komentar
Posting Komentar