Jinakkan Pikiran dan Latih Perhatian Anda untuk Menumbuhkan Kebijaksanaan

Jinakkan sapi liar dengan tali kekang dan tiang yang kuat...begitu pula jinakkan pikiran anda dengan tali perhatian (Sati) dengan tiang penopang yang kuat...

Sang Buddha menggambarkan gejolak pikiran kita ibarat sapi liar yang lari kesana kemari, iya lari kesana kemari tanpa tujuan, namuan ada caranya jikalau kita mau menenangkan sapi liar itu, ya gunakan tali dan juga tiang...
Anda tak bisa hanya mengikat sapi itu tanpa adanya tiang yang kuat. Setelah terikat, sapi liar itu tetap akan bergerak, namun mau tak mau yang bisa dilakukannya hanya berputar-putar hingga capek dengan sendirinya...
Begitu pula yang terjadi dalam pikiran kita. Pikiran terdiri dari berbagai fenomena yang akan terus muncul dan lenyap. Loncat kesana kemari...hanya satu cara untuk menenangkan pikiran liar itu, yaitu menggunakan tali perhatian (Sati) dan tiang yang kokoh...
Pernahkah anda berpikir ketika anda berjalan menuruni tangga kenapa anda tidak jatuh? Pernahkah anda berpikir pada saat lampu merah anda tidak terus menjalankan mobil? Itulah perhatian, namun dalam hal ini, perhatian (Sati) tidaklah sesederhana itu, dikarenakan dengan memiliki perhatian melalui latihan meditasi, kita bisa menemukan ketenangan dan konsentrasi...
Dalam salah satu dari apa yang pernah disampaikan oleh Guru Agung Sang Buddha dalam Samadhi Sutta, dinyatakan seperti ini:
"Samādhiṁ, bhikkhave, bhāvetha. Samāhito, bhikkhave, bhikkhu yathābhutaṁ pajānāti."

Samadhim itu artinya konsentrasi, bhikkhave bentuk jamak dari bhikkhu (para bhikkhu), bhavetha artinya kembangkan, maka kalimat pertama diartikan sebagai...
Ohh, para Bhikkhu, kembangkan samadhi (konsentrasi)...
Pertanyaan selanjutnya, kenapa kok harus mengembangkan konsentrasi?
Sang Buddha melanjutkan...dengan Konsentrasi Bhikkhu yang batinnya terpusat dapat melihat segala sesuatu sesuai dengan keadaan batin dan jasmaninya...
Sederhananya, sebenarnya dengan memiliki pengembangan konsentrasi, seseorang bisa melihat 3 hal utama yaitu anicca, dukkha, anatta...Jujur, paling banyak terlihat selama kita berlatih meditasi yang pasti yaitu dukkha, aduuu boyok kemeng, kaki kesemutan. dll...Padahal, dalam meditasi, dengan berbekal perhatian yang menghasilkan konsentrasi, kita bisa melihat 3 hal itu...Tinggal, kita mau menyadari apa tidak...
Bahwa, ketika kita konsentrasi terhadap kembang kempisnya perut, kalau mau dilihat kita bisa merasakan ohhh napas pelan2 dari timbul hingga lenyap, muncul tenggelam, itulah objek yg kita latih, tapi ketika kita melekati objek itu muncullah penderitaan...maka dari itu Sang Buddha menyatakan, dengan sati kita bisa melihat segala sesuatu apa adanya, sebagai yg tidak kekal, berubah, penderitaan, dan tanpa inti / tanpa kepemilikan, hanya proses batin...
Maka dari itu, jika mau kembali mengingat bait pertama dari Dhammapada, disana disebutkan, Mano Pubbangamma Dhammam...mano itu pikiran, pubba itu awal, gama artinya pergi, dhammam artinya segala sesuatu...diartikan bahwa pikiran itu pemula / awal dari segala sesuatu yang terjadi...tidak ada bertindak dulu baru berpikir...maka dari itu penting untuk bisa menjaga pikiran, caranya yaitu dengan pengembangan perhatian terus menerus...tapi apakah itu sudah cukup?
Apakah kita cukup tahu bahwa kita itu sadar bahwa kita hidup? Saya rasa babi juga sadar bahwa dia hidup...tapi yang membedakan kita, menurut Sang Buddha bahwa para Bhikkhu selain mengembangkan konsentrasi / perhatian juga milikilah kebijaksanaan, dimana minimal kita memahami 3 hal yang tadi, anicca dukkha anatta...jadi ketika meditasi, di sini bukan sekedar saya tahu saya bernapas, tapi sadari dan pahami bahwa napas itu termasuk proses batin dan jasmani yang akan terus muncul...lalu tenggelam, begitu seterusnya...
Dalam salah satu Sutta, Sang Buddha mengingatkan bahwa meditasi adalah Ekayanapago, satu-satunya jalan untuk manusia mencapai kesucian, satu2nya jalan untuk menyucikan batin, tapi sayangnya sekarang ini banyak yg menyalahgunakan Dhamma untuk berdebat,
Sang Buddha mengingatkan bahwa Dhamma yg diajarkan itu adalah dayung untuk menyebrangi, tapi masih ada saja yang tidak menggunakan dayung itu untuk menyebrang tapi memanggul dayung itu sehingga yang ada hanya menemukan penderitaan...maka dari itu jangan hanya belajar Dhamma, tapi praktikkan, ketahuilah nantinya bahwa memang segala sesuatu akan berubah, tidak kekal, tiada pemilik...
"Oh, Para Bhikkhu, sebenarnya apa yg Saya ajarkan hanya tentang Dukkha dan cara melenyapkan Dukkha" - Buddha...kembali lagi, satu2nya cara untuk melenyapkan Dukkha yaitu dengan mengikis kotoran batin yaitu dengan meditasi
Sebagai seorang umat Buddha, imbangi kegiatan anda sehari-hari dengan dana, sila, dan samadhi...dana untuk melepas kemelakatan...rawatlah dan pahami Sila untuk melepas keingingan, ketika anda ingin mencelakai seseorang dengan mengingat Sila, anda bisa mengikis keinginan anda...dan yang terakhir rajin2lah bermeditasi untuk melepas kekotoran batin,
Mungkin kelihatannya sedikit demi sedikit, setapak demi setapak, tapi kenapa tidak jika itu bisa untuk melepas seluruh kotoran batin...ingatlah kobaran api, ketika anda langsung menyiramkan air dalam jumlah banyak kadang kala api itu tidaklah mati, maka dari itu kadang kala kita berjalan perlahan-lahan tapi bisa menuai hasil yang pasti...begitu juga berlatih meditasi secara bertahap, untuk pelan2 mengikis kotoran batin...
Ya mungkin ini saja, yang perlu kita perhatikan saat ini, sekarang, bahwa sekali lagi, meditasi bukan hanya saat anda duduk, ketika anda berdiri, berbicara, makan, segala sesuatu berhubungan dengan ketiga hal utama tadi, anicca, dukkha, anatta, dengan kata lain, mengembangkan perhatian dan menumbuhkan kebijaksanaan dapat dilakukan setiap saat, namun yang terpenting adalah saat ini, lakukan yang terbaik saat ini...
Dikutip dari apa yg disampaikan Samanera dalam latihan meditasi malam hari di Samaggi Viriya Malang...Semoga semua makhluk hidup berbahagia...sadhuuu...
Kamis, 16-3-2017

Komentar

Postingan Populer